Ulangan 18:15-18 bukan tentang Edom, Arab atau nabi biasa
Banyak orang gemar mencopot ayat-ayat Alkitab, melepaskannya dari konteks dan lalu menginterpretasikannya secara sembarangan atau lebih tepat kalau dikatakan ‘memelintirnya’ sekedar untuk memenuhi ambisi dan tujuan mereka yang tidak bersih.
Salah satu bagian Alkitab yang sering dipelintir untuk mendapatkan legitmasi kenabian Muhammad di dalam Alkitab adalah Kitab Ulangan, Pasal 18, ayat 15-18, yang tercatat sebagai berikut.
“(15) Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. (16)Tepat seperti yang kamu minta dahulu kepada TUHAN, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari perkumpulan, dengan berkata: Tidak mau aku mendengar lagi suara TUHAN, (17) Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik; (18) seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.” (Ulangan 18:15-18)
Saya tidak akan menyentuh alasan-alasan konyol yang digunakan mereka untuk memelintir ayat-ayat ini ke arah Muhammad, tetapi memberikan dasar Alkitabiah tentang kemana ayat-ayat ini diarahkan dan siapakah yang dimaksudkannya. Jika Anda punya hati nurani bersih dan pikiran yang lurus, mari gunakan itu. Jika tidak, tulisan ini bukan untuk Anda.
Saudara-saudaramu
Bagian Alkitab ini memuat firman AllahIsraelyang Ia sampaikan langsung kepada Musa. Jika yang dimaksudkan YHWH dengan kata ganti orang “mu” adalah Musa, maka “nabi” itu mungkin datang dari suku Lewi, atau lebih luas dari kedubelas suku Israel yang adalah “saudaramu” = saudara Musa dari keturunan Yakub.
Jika yang dimaksudkan YHWH dengan kata ganti orang “mu” adalah “kalian” atau keduebelas suku Israel, maka “nabi” itu mungkin berasal dari antara keduabelas suku itu (saudara “mu” = saudara kalian seturunan Yakub), atau dari suku Edom (saudara “mu” = saudara kalian dari keturunan Ishak, Esau – kakak Yakub).
Seorang nabi
Adalah suatu kekeliruan jika ungkapan “nabi” di sini lantas membawa kita untuk berpikir tentang yang seperti Elia atau Elisa, Yesaya atau Yeremia, Mikha atau Zakharia. “Nabi” ini harus “sama seperti aku (Musa)” atau “seperti engkau(Musa) ini”, di dalam banyak hal seperti: a). Mereka adalah “pembebas” umat (Israel dan manusia) dari belenggu penjajahan (Mesir dan dosa-Maut). b). Mereka pembawa Hukum Allah (Taurat dan Hukum Kasih). c). Kelahiran mereka membawa kematian bayi di bawah 2 tahun. d). Mereka adalah ‘pembuat’ mujizat, e). Mereka berbicara dengan AllahIsrael dengan berhadapan muka, dll.
Masalahnya adalah bahwa ada tertulis:
“Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel, dalam hal segala tanda dan mujizat, yang dilakukannya atas perintah TUHAN di tanah Mesir terhadap Firaun dan terhadap semua pegawainya dan seluruh negerinya, dan dalam hal segala perbuatan kekuasaan dan segala kedahsyatan yang besar yang dilakukan Musa di depan seluruh orang Israel.” (Ulangan 34:10-12)
Karena “nabi” itu harus sama dengan Musa di dalam kesamaan seperti yang dicontohkan dengan beberapa butir kesamaan di atas, sementara tidak ada lagi nabi yang sama dengan Musa menurut Ulangan 34:10-12, maka yang tinggal hanya satu pilihan, yaitu bahwa “nabi” ini bukan nabi dalam artian yang umum tetapi harus “lebih dari itu”! “Yang Dijanjikan” itu harus memenuhi ketentuan di dalam Ulangan 18:15 dan 18, serta Ulangan 34:10-12, dan yang bisa memenuhinya adalah Dia yang “lebih dari sekedar nabi”.
‘Nabi yang dijanjikan’ itu harus mampu melakukan tanda-tanda ajaib dan mijizat seperti yang dipersyaratkan oleh Ulangan 18:15, 18 tetapi di dalam cara yang berbeda dari yang dilakukan Musa, sesuai dengan ketentuan Ulangan 34:10-12. Dapatkah Anda melihat perbedaannya? Apakah hal ini membawa Anda kepada sesuatu? ‘Nabi yang dijanjikan’ akan melakukan mukjizat tidak sebagai seseorang yang menerima otoritas untuk melakukannya, tetapi sebagai seseorang yang memiliki otoritas dan ini adalah satu-satunya alternatif yang kita miliki.
Tepat seperti yang kamu minta dahulu kepada TUHAN, Allahmu, di gunung Horeb
Siapakah “kamu” yang meminta di gunung Horeb dan apakah isi permintaan yang dilandasi oleh ungkapan: “Tidak mau aku mendengar lagi suara TUHAN“ itu? Apakah benar bahwa “kamu” itu “Tidak mau aku mendengar lagi suara TUHAN “ lagi, ataukah ada sesuatu yang lain? Situasi yang melatar-belakangi permintaan ini tercatat di dalam beberapa bagian Alkitab seperti,
“Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu, yakni hari itu ketika engkau berdiri di hadapan TUHAN, Allahmu, di Horeb, waktu TUHAN berfirman kepadaku: Suruhlah bangsa itu berkumpul kepada-Ku, maka Aku akan memberi mereka mendengar segala perkataan-Ku, sehingga mereka takut kepada-Ku selama mereka hidup di muka bumi dan mengajarkan demikian kepada anak-anak mereka. Lalu kamu mendekat dan berdiri di kaki gunung itu, sedang gunung itu menyala sampai ke pusar langit dalam gelap gulita, awan dan kegelapan. Lalu berfirmanlah TUHAN kepadamu dari tengah-tengah api; suara kata-kata kamu dengar, tetapi suatu rupa tidak kamu lihat, hanya ada suara.”(Ulangan 4:9b-12)
“Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh. Mereka berkata kepada Musa: “Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati.”(Keluaran 20:18-19).
“Tetapi sekarang, mengapa kami harus mati? Sebab api yang besar ini akan menghanguskan kami. Apabila kami lebih lama lagi mendengar suara TUHAN, Allah kita, kami akan mati. Sebab makhluk manakah yang telah mendengar suara dari Allah yang hidup yang berbicara dari tengah-tengah api, seperti kami dan tetap hidup? Mendekatlah engkau dan dengarkanlah segala yang difirmankan TUHAN, Allah kita, dan engkaulah yang mengatakan kepada kami segala yang difirmankan kepadamu oleh TUHAN, Allah kita, maka kami akan mendengar dan melakukannya.” (Ulangan 5:25-27)
- dan tercermin hingga di Perjanjian Baru dengan catatan:
“Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh dan api yang menyala-nyala, kepada kekelaman, kegelapan dan angin badai, kepada bunyi sangkakala dan bunyi suara yang membuat mereka yang mendengarnya memohon, supaya jangan lagi berbicara kepada mereka, sebab mereka tidak tahan mendengar perintah ini: “Bahkan jika binatangpun yang menyentuh gunung, ia harus dilempari dengan batu.” Dan sangat mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: “Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar.” (Ibrani 12:18-21)
Kesimpulannya, (1). “kamu” yang meminta di Gunung Horeb itu adalah bangsaIsrael, suku-suku dari keduabelas anak Yakub, dan secara sederhana isi permintaan mereka itu adalah (2). “janganlah Allah berbicara *langsung* kepada kami, nanti kami mati!”
(1). Konsekuensi logis dari sini adalah bahwa karena yang meminta adalah keduabelas suku Israel, anak-cucu Yakub, maka ungkapan “saudara-saudaramu” tidak akan terselip keluar dari lingkaran keduabelas suku Israel ke suku Edom, anak-cucu Esau, apalagi sampai ke Arab yang diklaim sebagai anak-cucu Ismael. AllahIsrael tidak akan melepasakan umat-Nya untuk dipimpin oleh orangEdom atau orang Arab. AllahIsrael tidak akan memberikan kalajengking kepada umat-Nya yang meminta telur (Lukas 11:12). Lagipula, AllahIsrael terikat “Perjanjian kekal” dengan Abraham, Ishak dan Yakub (Kejadian 17:19)” Tidak mungkinEdom dan mustahil Arab!
(2). Jika kita berusaha mengenal AllahIsrael, maka kita akan sadar bahwa salah satu kesukaan-Nya atau kebiasaan-Nya yang didukung oleh sifat dan kuasa-Nya adalah berada langsung di tengah-tengah umat-Nya – menyatakan kehadiran-Nya dan berbicara langsung dengan mereka, dengan cara yang tidak mematikan mereka, tetapi dengan kedahsyatan yang membuat mereka gemetar ketakutan. Oleh sebab itu AllahIsraelmemenuhi permintaan keduabelas sukuIsraelini, bukan dengan menghentikan kegemaran-Nya berhubungan langsung dengan mereka, tetapi dengan “mengubah cara-Nya berhubungan langsung dengan mereka dan bahkan dengan sekaligus membuka jalur hubungan yang sama bagi seluruh umat manusia!”
“Nabi” itu sama tetapi juga melebihi Musa
Jika Anda bisa menghubungkan isi “Perjanjian Baru” yang disampaikan Allah Israel melalui nabi Yeremia, dengan perkataan Yesus Kristus tentang ‘melihat Bapa’, maka saya tidak perlu berbicara panjang-lebar lagi tentang “Dia yang dijanjikan itu”.
“Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.”(Yeremia 31:34)
“Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.” (Yohanes 14:9)
Petrus menghubungkan Ulangan 18:15-18 ini dengan Mesias yang dijanjikan kepada umatIsraelsebagai Penebus Dosa dengan berkata:
“Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu. Dan akan terjadi, bahwa semua orang yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dibasmi dari umat kita.” (Kisah Para Rasul 3:22-23, lihat juga ayat 18-21)
Stefanus juga menghubungkan orangIsraeldengan Yesus Kristus melalui Ulangan 18:15-18 dengan mengatakan:
“Musa ini pulalah yang berkata kepada orang Israel: Seorang nabi seperti aku ini akan dibangkitkan Allah bagimu dari antara saudara-saudaramu.” (Kisah Para Rasul 7:37)
Pernyataan kedua tokoh ini memperkuat pernyataan saya bahwa “Dia Yang Dijanjikan itu tidak mungkin dariEdomdan Mustahil dari Arab! Dia itu adalah “Mesias” atau “Kristus”. Tidak mematuhi firman Allah yang diucapkan oleh setiap nabi utusan Allah akan ada konsekuensinya. Walaupun tentang “Mesias” ini dikatakan bahwa:
“Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban.” (Ulangan 18:19)
tetapi penekanan tidak pernah diberikan untuk percaya kepada para nabi, seperti kepada “Sang Mesias” dan keselamatan dan hukuman tidak pernah tergantung kepada nama para nabi seperti pada “Nama Sang Mesias” ini.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)
“Siapa yang percaya [kepada Injil Kristus] dan dibaptis [di dalam nama Yesus] akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Markus 16:16)
“Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.” (Yohanes 3:18)
Seperti yang saya katakan di awal tulisan ini, jika Anda punya hati nurani bersih dan pikiran yang lurus serta bersdia menggunakannya, maka Anda akan sepakat dengan saya bahwa hubungan sebab-akibat dari percaya atau tidak percaya kepada “Mesias” adalah tuntutan berstandar keilahian dan bukan kenabian biasa. Oleh sebab itu, mengapa AllahIsraelberkata melalui nabi Yesaya tentang “Mesias” yang dijanjikan itu dengan perkataan:
“Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel –yang berarti: Allah menyertai kita” (Yesaya 7:14 dan Matius 1:23)
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” (Yesaya 9:5)
Kesimpulan
- Ulangan 18:15-18 tidak memiliki sangkut paut apapun dengan keturunan Esau, saudara Yakub –Edom, dan dengan keturunan Ismael (jika klaim ini benar), Arab – Muhammad.
- Ulangan 18:15-18 adalah salah satu dari “Janji Mesianik” Allah Israel, bahwa Sang Mesia itu akan datang dari antara umat-Nya Israel dan untuk umat-Nya – Israel secara jasmani dan Israel secara rohani.
- Mesias yang dijanjikan itu memiliki beberapa kesamaan kemanusiaan dengan Musa, tetapi memiliki hakekat Ilahi yang menempatkannya jauh di atas Musa dan bahkan di atas semua nabi dan umat manusia (lihat Filipi 2:9 di dalam terang Yesaya 42:8).
Anda percaya atau tidak, kebenaran ini tetap. Adonai Yeshua HaMaschiakh adalah TUHAN dan Allah, bukan karena orang percaya dan menyebut-Nya demikian, dan Dia akan tetap TUHAN dan Allah, entah ada yang percaya kepada-Nya atau bahkan jika tidak ada yang percaya kepada-Nya.
Sekali lagi, jika Anda punya hati nurani bersih dan pikiran yang lurus, maka Roh Kudus akan menolong Anda untuk mengenal seluruh kebenaran Yesus Kristus (Yohanes 16:3)